PEMUDA YPD&PA SUMUT
Blog Tools
Edit your Blog
Build a Blog
RSS Feed
View Profile
« September 2007 »
S M T W T F S
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30
You are not logged in. Log in
Entries by Topic
All topics  «
Artikel PAP
ARTIKEL PAP 29 Sept-07
Kategori Pemuda
VALENTINE
Saturday, 29 September 2007
NABI ELIA
Mood:  a-ok
Topic: ARTIKEL PAP 29 Sept-07
 

NABI ELIA

 

 

Nabi Elia adalah nabi Israel pada abad 9 sM. Namanya (Ibrani ‘eliyyahu atau ‘elliya, Yunani Eleiou (LXX) atau Eleias (Perjanjian Baru) berarti ‘Yah-lah El’ atau ‘YHWH-lah Allah’ (Allah itulah keselamatannya).

Di luar acuan dalam 1 Raja 17:1 yg mengatakan bahwa Elia seorang Tisbe dari Tisbe-Gilead, latar belakang nabi ini tidak diketahui. Acuan ini pun tidak jelas. Tesk Masora (naskah Ibrani yg resmi) memberi isyarat bahwa walaupun Elia tinggal di Gilead, namun ia lahir ditempat lain, barangkali Tisbe yg di Naftali. LXX membaca ek thesbon tes galaad, yg menyinggung adanya desa Tisbe di Gilead. Agaknya Yosefus menerima pendapat ini (Antiquities of the Jews 8.319, sastra kuno). Secara tradisi desa ini dismakan dengan suatu tempat ± 13 km disebelah utara S Yabok.

Cerita-cerita mengenai pelayanan Elia disajikan dalam 1 Raja 17-19; 21; 2 Raja 1-2, ditulis dalam bhs Ibrani kuno yang tulen, ‘suatu jenis bahasa Ibrani yang hampir tidak mungkin lebih kemudian dari abad ke-8 sM’, dan yang pasti tidak berada lama dalam bentuk lisan saja. Pelayanan kenabiannya mengambil tempat di kerajaan Utara selama pemerintahan dinasti Omri. Elia sebaya dengan raja Ahab dan Ahazia, dan dari kedudukan cerita kenaikannya ke sorga (2 Raja 2) dan jawaban kepada pertanyaan Yosafat dalam 2 Raja 3:11, dapat disimpulkan bahwa kenaikannya mungkin terjadi ± pada waktu Yoram naik takhta Israel. Ada kesukaran yang dihadapkan kepada kesimpulan ini oleh 2 Taw. 21:12-15. Ini mungkin dapat diselesaikan, atau dengan cara menafsirkan 2 Raj 8:16 sebagai berarti bahwa Yosafat dan Yoram, kedua raja Yehuda, sama sama memerintah, atau dengan cara menganggap surat yang disebut dalam ayat itu sebagai nubuat yang ditulis sebelum kenaikannya.

Seri cerita tentang Elia mengutarakan enam peristiwa dalam hidupnya: pemberitaan masa kekeringan dan pelariannya yang kemudian, adu kuasa di Gunung Karmel, pelariannya ke Horeb, peristiwa Nabot, nubuat mengenai Ahazia, dan kenaikannya ke sorga.

Kecuali yang terakhir, semua peristiwa ini pada dasarnya berkaitan dengan pelanggaran ibadah Yahweh dengan ibadah Baal Melkar, dewa pelindung Tirus yang resmi. Ahab mengembangkan agama alam Kanaan yang bercorak Fenisia ini sesudah ia kawin dengan Izebel, anak perempuan raja Tirus (1 Raja 16:30-33), tapi Izebel-lah yang terutama bertanggung jawab mengenai pemusnahan ibadah kepada Yahweh secara sistematis dan pengenai penyebaran ibadah kepada Baal di Israel (1 raja 18:4, 13, 19; 19:10, 14).

Dalam peristiwa pertama ( 1 Raja 17) Elia tampil tanpa pendahuluan, dan sesudah mengucapkan kepada Ahab bahwa akan datang kekeringan 3 tahun lamanya, ia mengundurkan diri ke daerah yang di luar kekuasaan Ahab: mula-mula ke sungai Kerit di sebelah timur Yordan, lalu ke Sarfat (Sarafend modern di sebelah selatan Sidon masih memakai nama yang sama, dan dari situ dapat dilihat sisa-sisa dari bandar kuno). Di kedua tempat itu hidup Elia dipelihara secara mujizat, dan di Sarfat dilakukannya suatu muzizat penyembuhan (1 Raja 17:17-24).

Peristiwa kedua 3 tahun kemudian ( 1 Raja 18; Bnd Lukas 4:21; Yakobus 5:17 yang mengikut tradisi Yahudi) menceritakan berhentinya kekeringan sesudah kemenangan atas ibadah Baal yang teratur di Gunung Karmel. Kekeringan yang didatangkan dan dihentikan berdasarkan firman Yahweh, merupakan tantangan bagi kekuasaan Baal atas alam. Menurut 1 Raja 17 Elia tinggal dalam daerah pusat penyembahan Baal Melkar tapi dilindungi oleh Yahweh, sedang negeri berada dalam keadaan merana (ay 12). Dalam 1 Raja 18 tantangan terhadap Baal menjadi terbuka, dan keunggulan Yahweh dibuktikan secara menakjubkan. Bahwa ibadah di Gunung Karmel tidak dimusnahkan sama-sekali, terbukti dari singgungan dikemudian hari (mis. 2 Raj 10:18-21). Keil menyarankan bahwa mezbah Tuhan yang sisa-sisanya didapati Elia di Karmel, telah dibangun oleh para penyembah Tuhan di Israel sesudah kerajaan itu terbagi dua. Beberapa orang membuang 1 Raja 18:30b, sedang yg lain membuang ayat 31 dan 32a, tapi tidak ada alasan untuk ini.

Peristiwa ketiga (pasal 19) yang menerangkan Elia lari ke Horeb untuk menyingkir dari amarah Izebel adalah penting. Horeb ialah gunung yang kudus, di mana Allah Musa, Allah perjanjian, telah menyatakan diri-Nya, dan kembalinya Elia ke situ menggambarkan kembalinya seorang nabi yang taat, tapi yang sudah putus asa ke sumber asli dari iman yang telah dipertahankannya. Tugas yang diberikan kepadanya dalam 1 Raja 19:15-18 agaknya hanya sebagian dilaksanakan oleh Elia sendiri. Bahwa Hazael dan Yehu menaiki takhta Siria dan Israel, secara berurut tercatat dalam seri cerita tentang Elisa.

Peristiwa Nabot dalam 1 Raja 21 melukiskan dan mempertahankan prinsip yg tertanam dlm kesadaran keagamaan Israel, bahwa tanah yg dimiliki oleh suatu keluarga atau suku adalah pemberian Yahwe, dan jika seseorang tidak mengakui dan menghargai hak perseorangan dan hak keluarga dalam lingkungan persekutuan perjanjian Allah, maka orang itu akan dihukum. Elia tampil sebagai pejuang demi tuntutan susila yang kuat dalam agama yang diajarkan Musa, yang begitu jelas alpa dalam ibadah kepada Baal.

Peristiwa kelima dalam 2 Raja 1 melanjutkan gambaran tentang pertentangan Yahweh dengan Baal. Hal Ahazia minta petunjuk kepada dewa kehidupan Siria, yaitu Baal Zebub (dalam naskah Ras Syamra nama ilah itu ialah Beel Zebul, bnd Mat. 10:25; nama Baal Zeebub, artinya Tuan lalat, merupakan cemoohan saja) memancing hukuman Allah (ay. 6,16). Hukuman api juga menimpa orang-orang yang bersikeras menolak firman Yahweh dengan jalan mencoba mendatangkan celaka akan Nabi-Nya (ay. 9-15). Kenaikan Elia kesorga dalam angin badai (2 Raja 2:11) mengakhiri jalan hidup kenabiannya yang menakjubkan secara menggugah hati. Seruan Elisa (2 Raja 2:12) diulangi dalam 2 raja 13”14 mengenai Elisa sendiri.

Mengenai pentingnya Elia dapat dikatakan dua hal. Pertama, ia berdiri di tengah-tingah barisan nabi PL yang bersifat kesurupan, yang mulai pada zaman Samuel, dan ia juga seorang perintis dari zaman nabi yang menulis pada abad 8. Hubungannya dengan tradisi terdahulu dapat dilihat dalam hal ia seorang yg segera bertindak, dan gerakannya yg dikemudikan Roh Allah tak dapat diduga orang lebih dahulu. Pada zamanya golongan nabi yang mulai zaman Samuel masih dilanjutkan (1 Raja 18:4, 13; 2 Raja 2:3, 5, 7). Hubunganya dengan nabi-nabi yg kemudian terletak dlam usahanya yg terus menerus untuk mengingatkan umatnya kembali kepada agama yang diajarkan Musa, baik supaya hanya menyembah Yahweh saja, maupun dalam mengumumkan ukuran-ukuran keadilbenaran yang diajarkan Musa dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kedua hal ini ia mendahului ucapan nubuat yang lebih lengkap yg dikembangkan oleh Amos dan Hosea.

Pembelaan Elia akan agama yang diajarkan Musa, ditopang oleh beberapa rincian yg membuat kesejajaran Elia dan Musa. Kembalinya Elia ke Horeb cukup terang, tapi ada juga kenyataan bahwa Elia ditemani dan diganti oleh Elisa, seperti Musa yg diganti oleh Yosua. Kesejajaran ini mencakup beberapa hal. Kematian Musa mengandung suasana rahasia (Ula.34:6), penggantinya memperoleh ketaatan Israel, karena ia mendapat Roh yg sama seperti Musa dan membuktikan kesanggupannya untuk jabatan itu dngan menyeberangi sungai secara mujizat (Ula. 34:9; Yos.4:13-14). Cerita kenaikan Elia kesorga memantulkan kembali pola ini secara tetap. Kenyataan bahwa Allah menjawab Elia dengan api dalam dua peristiwa ( 1 Raja 18:38; 2 Raja 1:10-12) agaknya menoleh kebelakang ke peristiwa penyataan kehadiran dan penghukuman Allah dlm api pada saat Keluaran (mis. Kel 13:21; 19:18; 24:17; Bil. 11:1; 16:35). Tak usah heran jika dalam pikiran Hagada Yahudi, Elia dipandang sebagai teman imbangan Musa.

Kedua, dikatakan bahwa pelayanan kenabiannya akan tampak kembali ‘menjelang datangnya hari Yahweh yang besar dan dashyat itu’ (Mal. 4:5-6). Pokok ini sangat terkenal dalam Misyna Yahudi dan menjadi pokok pembicaraan umum pada waktu Yesus (Mrk. 8:29). Yesus menjelaskan bahwa nubuat Maleakhi itu menunjuk kepada pelayanan Yohanes Pembabtis (Mat 11:14; 17:12 dab). Elia tampil kembali di gunung pemuliaan (Mrk 9:4) dan disinggung juga ditempat lain dalam PB (Luk 4:25-26; Roma 11:2-4; Yak 5:17-18).

 

Pelajaran apa yang dapat kita pelajari dari Nabi ini?

Elia adalah hamba Tuhan yg memiliki pengalaman hidup melayani Tuhan yang luar biasa, mari kita bahas tentang pelayanannya dimana ia berani mengalahkan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel ; namun setelah memenangkan pertempuran tersebut, ironisnya ia justru kehilangan kemenangan tersebut dan mengalami depresi berat untuk mengasihani diri.

Warren Wiersbe menafsirkan dalam bagian ini

  1.  Elia kehilangan perspektif dari ketakutan. Elia baru saja membunuh nabi-nabi palsu Baal, tetapi seorang perempuan membuatnya takut. Ia baru saja berdoa memohon api dari surga tetapi seorang perempuan (Izebel) menyebabkan ia melarikan diri dan kehilangan perspektif. Seringkali ketakutan kita membuat kita terlalu membesar-besarkan ketakutan kita sehingga “kacau“.
  2. Elia kehilangan kesabaran beriman. Kurang sabar menunggu waktu yang Tuhan tetapkan untuk diam mencari pimpinan Tuhan tetapi pergi menyelamatkan nyawanya. ( I Raja 19:3 ). Kenapa kita seringkali gagal di dalam pelayanan ? karena kita kurang sabar dengan keputusan Tuhan dan kita lebih menyukai keputusan kita yg paling tidak memberikan jaminan malah menjatuhkan kita.
  3. Elia kehilangan sentuhan pribadi karena minoritas. Elia hamba Tuhan yg setia yang bukan hidup seorang diri tetapi hidup berkomunitas.
  4. Elia kehilangan tujuan hidup minta mati. Elia berdoa memohon Tuhan mencabut nyawanya tetapi Tuhan tidak mencabutnya karena Tuhan memanggil Elia untuk memulihkan bangsa Israel pada penyembahan kpd Tuhan yg sesungguhnya. Saat Elia minta mati, apakah Firman akan mati ? Tidak ! Justru jika Elia mati, Pertama, Pekerjaan Tuhan akan terus berjalan dan memberkati umat-Nya karena Allah tidak tergantung pada manusia. Kedua, Jika Elia mati maka ia mungkin kehilangan kesempatan untuk menaiki kereta kemuliaan menuju Surga !


Jika kita menawan diri di dalam penafsiran Warren Wiersbe maka kesimpulan sementara kita yang realistik yaitu Elia tidak sekuat yang kita duga. Rupanya Elia hanyalah manusia biasa yang bisa mengalami “ depresi “.

Ia memprediksikan dirinya telah selesai menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepadanya menghadapi ;

  1. Orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu. Jiwa “Traitor“

  2. Orang Israel meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu. “Agresor“

  3. Orang Israel membunuh nabi-nabi-Mu.“Killer“

  4. Ia seorang diri. “Loneliness“

  5. Mereka ingin mencabut nyawa Elia. “Terorist“


Inilah gambaran pelayanan Elia yg sebenarnya memberikan cermin bahwa itulah pelayanan real kita juga, di dlm pelayanan sendiri kita mungkin bertemu dengan orang sendiri yg berjiwa “traitor“, “agresor“, “killer“, “terorist “ dan diri sendiri yang “lonely“. Jangan kaget apabila ada ‘anak Tuhan’ yang ‘menghancurkan anak Tuhan’ yang lain karena itulah realita yang realistik. Meskipun mereka mungkin berkata kita sama di dalam Kristus tetapi secara esensial, “peleburan“ aplikasi mereka dengan interpretasi belum “synchronize“

Karakter Elia keras seperti angin, gempa bumi, dan api, tetapi Tuhan tidak berada disana. Malah Allah hadir dalam Bunyi sepoi-sepoi = suara kesunyian yg lemah lembut. Seringkali kita membe-narkan diri untuk mengatakan bahwa “Dimanakah Engkau, Tuhan saat aku mengalami kesepian seperti ini“ padahal sesungguhnya Dia terus bekerja dan berbicara kepada kita dan kita semestinya belajar untuk ‘silent’, bukan dengan memberikan prediksi-prediksi yg mengasihani diri sendiri dan menganggap diri sudah melakukan apa yang Tuhan mau.

Problem yang sering kita alami adalah:

  1.  kita terlalu “ talkactive “
  2. complain to God“, mental “aku sudah kerjakan“ pasti jatuh ke dalam stagnasi alias tidak mengalami kemajuan mutu dan kualitas – mestinya kita lebih rendah hati untuk pikirkan “apa yang aku belum kerjakan“ sehingga kita terus mencari serta meraba rencana kekal Tuhan yang sulit kita nikmati tanpa Anugerah-Nya. Allah memerintahkan Elia pergi untuk mengerjakan pekerjaan yang ia belum selesaikan. Akhirnya ia kembali “direcharge“ Tuhan ‘tuk berjuang melayani Tuhan sampai ia diangkat kesorga’. Bagaimana dengan saudara?

Sumber : Ensiklopedia Alkitab Masa Kini - YKBK


Posted by pemudakristen at 9:44 PM
Updated: Saturday, 20 October 2007 10:49 AM
Share This Post Share This Post
Post Comment | Permalink

View Latest Entries